Sebenarnya, keinginan mengunjungi negara Brunei Darussalam yang terletak di utara Borneo sudah muncul sejak jaman saya masih di bangku sekolah dasar. Ceritanya saya penasaran tingkat kecamatan gara-gara dalam pelajaran IPS disebutkan bahwa negerinya Sultan Hasanal Bolkiah ini katanya adalah salah satu negara yang paling kaya raya makmur sentosa sejahtera membahana.
Sampai akhirnya, setelah sekian puluh tahun waktu berselang, keinginan itu terwujud. Minggu, 18 Mei 2014 jam 9 pagi saya dan istri menginjakkan kaki di tanah sang Sultan untuk pertama kalinya. Terharu…
Perjalanan ke Brunei Darussalam ini adalah rangkaian #NorthBorneoTrip. Start dari Yogya, transit semalam di Kuala Lumpur, lanjut menuju Bandar Seri Begawan, kemudian landtrip menelusuri jalanan diantara hutan Kalimantan bagian utara menuju Limbang, Lawas dan berakhir di Kota Kinabalu. Dari KK saya lanjut terbang ke Johor Bahru, lintas batas via Woodlands ke Singapura untuk kembali ke Yogyakarta. Hufftt… what a journey!
Tapi bagi saya, salah satu highlight #NorthBorneoTrip ini adalah untuk membuktikan berbagai informasi yang pernah saya dapatkan tentang negara kecil penghasil minyak ini. Maklum sudah memendam rasa penasaran itu sejak puluhan tahun.
***************
Beruntungnya kami. Ketika sedang celingak-celinguk menunggu purple bus di luar arrival hall Brunei International Airport, tanpa sengaja kami bertemu dengan Mas Marzuki, yang ternyata wong jowo, orang Magelang juga. Beliau sudah mukim disini belasan tahun. Begitu tahu kami juga orang Magelang, maka tanpa basa-basi Mas Marzuki malah menawarkan diri mengantar kami menuju Pusat Bandar. Pusat kotanya Bandar Seri Begawan. Kejadian ajaib ini semakin meyakinkan saya bahwa “Tuhan itu selalu ada bersama para pejalan”.
Nah, singkat cerita, Mas Marzuki tidak hanya mengantarkan kami sampai di Pusat Bandar saja, namun malah menawarkan diri menemani keliling Brunei dengan Vios-nya. Subhanallah. Rejeki apa lagi ini?
Kami lalu berkunjung ke Museum Teknologi Melayu, Museum Brunei, Museum Royal Regalia, Makam Sultan Bolkiah ke-5, Museum Kampong Ayer, Pasar Kianggeh, Istana Nurul Iman, Istana Nurul Izzah, Masjid Omar Ali Saefuddin, Masjid Jame Asr Hasanil Bolkiah, Masjid As-Solihin, The Empire Hotel & Country Club, Jerudong Park dan masih banyak lagi. Kapan-kapan diulas satu-satu deh, panjang ceritanya soalnya hehe.
Jadi setelah jalan-jalan keliling Brunei, berikut fakta-fakta menarik seputar negara Brunei Darussalam yang saya dapatkan berdasarkan informasi dari masyarakat lokal :
- Sepi. Iya, sepi. Itu kesan pertama yang saya dapatkan sesaat setelah landing di Brunei International Airport. Kompleks bandara tak terlalu besar. Mirip-mirip Adisumarmo Solo lah.
- Semua jalan raya mulus, rapi dan tertib. Bahkan untuk highway/jalan raya antar negara sekalipun.
- Pengendara mobil di Brunei sangat menghormati penyeberang jalan. Selama kita menyeberang di zebra cross, mau sekencang apapun mobilnya pasti akan berhenti untuk memberi kesempatan penyeberang jalan dahulu. Hebat! Tapi kalau kita menyeberang jalan tidak di zebra cross, ya no excuse! Tabrak mah tabrak aja haha.
- Negara ini menganut sistem pemerintahan monarki absolut. Sultan rules!
- Negara memberikan fasilitas kesehatan gratis. Bahkan apabila memang tidak bisa ditangani di rumah sakit Brunei dan harus dibawa ke luar negeri, ke Singapore, Inggris, Jerman misalnya, tetap semua dibiayai oleh negara. Kece yak! Tapi lebih pilih sehat lah…
- Biaya pendidikan seluruh rakyat Brunei mulai dari TK sampai Universitas ditanggung oleh negara. Gratis!
- Penduduk sipil yang berusia diatas 60 tahun mendapatkan tunjangan hari tua setiap bulannya.
- Nggak ada itu namanya jalan tol berbayar. Semua akses jalan gratis. Lewat mah tinggal lewat aja. Padahal aspal jalanannya mulus dan lebar.
- Brunei itu negara dzikir. Dimana-mana banyak papan lafadz dzikir untuk mengingatkan warganya agar tetap mengingat Allah SWT selama berkendara. Mungkin ini salah satu alasan mengapa disini sangat jarang terjadi kecelakaan kali ya.
- Parkir mobil di hampir semua public space gratis. Nggak ada apa itu namanya… tukang parkir pake rompi kuning/biru terang bawa peluit. Nggak ada yang namanya pak ogah minta gopek di perempatan jalan. Semuanya rapi, tertib. Eh tapi ada juga sih beberapa gedung yang menerapkan parkir berbayar, karena dikelola oleh swasta, bukan pemerintah Brunei.
- Ada yang unik mengenai parkir mobil disini. Di beberapa tempat, parkiran mobil disediakan kipas angin untuk mobilnya. Seriusan ini mobilnya dikipasin biar gak kepanasan? Yassalam !
- Di Brunei Darussalam, mobil adalah kebutuhan. Bukan lagi barang mewah. Hampir semua orang disini punya mobil. Bisa jadi satu orang satu mobil. Bahkan saya melihat di halaman rumah lazim terparkir beberapa mobil. Nah, cara membedakan orang Brunei kaya/biasa-biasa saja adalah dengan melihat jenis mobilnya. Kalau cuma pakai mobil-mobil Jepang, Korea, itu orang biasa. Kalau ada yang naik mobil-mobil Eropa barulah itu biasanya orang kaya.
- Orang Brunei jarang memiliki & menggunakan sepeda motor. Selama saya disini, bisa dihitung lah jumlah sepeda motor yang saya lihat. Tak sampai 10 motor. Malah kadang sekalinya lewat, jenis motornya Harley Davidson gitu. Kampret! Tapi ada juga sih yang bawa motor bebek gitu. Biasanya kalau nggak muka-muka Bangladesh, yaa… orang Indonesia yang bekerja disini hihihi.
- Banyak orang bilang: “Mau ngapain ke Brunei? Nggak ada apa-apa di sana”. Memang sih, disini sepi, tidak banyak destinasi wisata. Hanya ada beberapa museum milik pemerintah. Dan beberapa situs makam kuno. Tapi bagi saya, setiap daerah tetap memiliki daya tarik tersendiri kok. Brunei pas untuk orang yang ingin mengetahui budaya Melayu, Dayak dan Kesultanan.
- Akhir pekan adalah waktu bagi warga untuk keluar rumah menghabiskan waktu dengan liburan di pantai. Ada pantai tungku, muara, jerudong dan beberapa pantai lain. Bahkan saya melihat sendiri panjangnya antrian mobil-mobil di pinggir jalan raya trans-nasional yang akan belok ke arah pantai.
- Fasilitas perumahan rakyat dengan kredit lunak dari Sultan.
- Ada banyak istana di Brunei. Istana Nurul Iman adalah istana utama tempat tinggal Sultan dan keluarga intinya. Ada juga istana-istana lain untuk istri dan putra-putri pangeran Sultan. Diantaranya Istana Nurul Izzah, Istana Azzahra, Istana Darul Hana (Istana Lama), Istana Edinburgh yang biasa digunakan untuk para tamu negara, dll.
- Sultan menjabat raja, kepala negara, perdana menteri, menteri keuangan sekaligus menteri pertahanan.
- Jabatan menteri di Brunei Darussalam adalah seumur hidup.
- Pada hari Jumat, ketika tidak sedang melakukan kunjungan ke luar negeri, Sultan kadang melakukan shalat jumat di masjid kampung-kampung untuk membaur dengan rakyat.
- Sultan mengadakan open house setiap hari raya Idul Fitri hari ke 2 di Istana Nurul Iman. Terbuka untuk siapa saja. Kapan-kapan pengen ikutan ah!
- Setiap Maulud Nabi, ada acara Perarakan Agung namanya. Digelar di lapangan Sir Muda Omar Ali Syaifudin, alun-alunnya pusat bandar. Sultan pun akan berjalan kaki keliling kota bersama masyarakat.
- So far, hanya ada 2 pusat perbelanjaan besar di Brunei, yaitu The Mall Gadong dan Mall Yayasan Sultan. Jauh lah kalau dibandingkan dengan Grand Indonesia, PIM, Pacific Place, dll. Lebih menarik mall-mall di Jakarta.
- Makanan dan jajanan khas Brunei akan banyak ditemui di Pasar Kianggeh. Mau makan kenyang murah meriah hanya dengan 1 $ Brunei? Makanlah Nasi Katok. Yaa cuma nasi ayam goreng dengan sambal yang cenderung manis gitu doang sih. Tapi enak kok.
- Secara kan ya, ini negara penghasil minyak, jadi wajar lah kalau harga BBM disini murah. Untuk yang kualitas bagus 1 liternya sekitar 50cent atau Rp. 4.000,-
- Rokok adalah barang mahal di Brunei. Jangan merokok sembarangan!
- Transportasi publik di Brunei menggunakan bus. Namun bentuknya tidak mirip dengan yang di Indonesia. Lazim disebut purple bus disana. Karena warnanya ungu. Berikut penampakannya
- Brunei adalah negara yang multi etnis. Ada melayu, dayak, tionghoa, tamil dan beberapa etnis lain. Semua rukun dan saling menghargai.
- Mata uang resmi Brunei Darussalam adalah $ Brunei atau biasa disebut dengan kode BND. Tapi masyarakat disini tidak menyebut dengan Dollar, melainkan Ringgit. Jadi ketika transaksi meskipun disebutnya Ringgit, tapi bukan kurs Ringgit Malaysia ya, karena nilai kurs nya beda jauh hehe.
- Jangan kaget kalau ketemu banyak orang Jawa disini hahaha. Saya cukup kaget ketika ke pusat bandar mau tukar uang di money changer ketemu orang Madiun. Ketika mau cari makan, banyak warung masakan Jawa. Pas mau sholat di masjid Omar Ali Syaifudin ketemu orang-orang dengan logat “ngapak”Banyumasan. #yasalam
- Kalau bingung bagaimana memanggil warga lokal, untuk orang tua panggil saja “Haji atau Hajjah”. Untuk yang lebih tua, panggil saja dengan “Kakak”.
- Jangan bicara pakai kata “cocok” dan “butuh”. Tabu disini. Konon artinya agak jorok. Pakailah kata lain seperti “pas” dan “ingin”.
- Jangan asal nunjuk-nunjuk sana-sini pakai jari telunjuk karena dianggap kurang sopan. Kalau ingin menunjuk sesuatu gunakanlah jempol.
- Hari besar lainnya bagi ultah sultan 13 Juli, banyak acara seru yang digelar. Jadi ini adalah saat yang tepat untuk berkunjung ke Brunei.
Bersambung ke #NorthBorneoTrip Part 2
#NorthBorneoTrip Part 2
Seperti janji saya pada postingan sebelumnya, kali ini saya akan mengulas tempat-tempat yang saya kunjungi selama di Brunei Darussalam. Semoga bisa jadi tambahan informasi bagi teman-teman yang akan kesana. Mengingat banyak juga pertanyaan yang saya terima. Rata-rata pada penasaran dengan kondisi salah satu negara terkecil di dunia di utara Borneo ini.
Hmmm… memang benar sih, tidak banyak spot wisata disini. Lebih banyak museum, museum dan museum. Meskipun terkesan membosankan, namun tidak ada salahnya kalau menyempatkan diri mampir ke museum-museum di Brunei ini. Toh kamu tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk membayar tiket masuk museum, karena semua museum yang ada di Bandar Seri Begawan ini gratis. No entrance fee! No admission!
Oke, museum yang pertama kali saya sambangi adalah Malay Technology Museum, atau Museum Teknologi Melayu. Jangan bayangkan museum ini seperti Museum IPTEK di TMII Jakarta atau Museum Puspa IPTEK Bandung. Atau Taman Pintar Yogyakarta sekalipun. Hehehe. Why? Kenapa? Karena meskipun menggunakanembel-embel “teknologi” isinya jauh berbeda.
Museum Teknologi Melayu terletak di jalan simpang 482, pinggir Sungai Brunei, daerah Kota Batu, sekitar 6 Km dari Pusat Bandar. Dapat ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit menggunakan purple bus no 39 jurusan Muara. Museum ini diresmikan oleh Sultan pada 29 Februari 1988 dan gedungnya merupakan hibah dari Shell Group.
Masuk di lobby utama, kita akan disambut dengan deretan baju adat dan kain tenun khas Brunei yang cantik. Mulai dari baju rakyat, baju keluarga kerajaan, baju pangeran, sampai baju yang dipakai sultan. Silakan menemeui makcik-makcik petugas museum dan isi buku tamu juga di meja resepsionis, biar eksis!
Pada dasarnya, Malay Technology Museum Brunei ini banyak menampilkan diorama sejarah peradaban Brunei masa lalu. Terbagi dalam 3 ruang display utama, yaitu
- Ruangan yang berisi diorama miniatur rumah-rumah di Kampong Ayer / kampung air pada akhir abad ke 19 dan awal abad 20
- Ruangan yang berisi diorama miniatur aktifitas warga Kampong Ayer jaman dulu seperti membuat perahu, menenun, menjala ikan, membuat atap rumah, dan aktifitas pandai emas, besi dan perak.
- Ruangan yang berisi diorama miniatur rumah dan aktifitas masyarakat yang tinggal di daratan, seperti suku Kadayan Dusun dan Dayak yang lain.
Masih satu jalur dengan Malay Technology Museum di pinggir jalan raya Kota Batu, ada Museum Brunei, museum terbesar milik negara kecil ini. Museum Brunei berisi koleksi Al-Quran, aneka kebudayaan tradisional Brunei, sejarah dan teknologi minyak bumi di Brunei, dll. Namun sayang, ketika saya kesana, museum ini sedang dalam proses renovasi, jadi saya tidak bisa masuk. Hanya sempat foto bangunannya dari depan.
#NorthBorneoTrip Part 3
Jalanan mulai agak menanjak, berkelok di lereng bukit. Saya hanya duduk terdiam di jok depan samping kemudi. Minggu siang itu begitu lengang. Bahkan kami hanya berpapasan dengan beberapa mobil saja.
“Mas, yang di sebelah kiri ini apa ya?” tanya saya pada mas Juki.
“Ooh, itu makam sultan Brunei yang dulu” jawabnya
“Wah! Serius mas? Ini yang saya cari! Berhenti bentar dong.” saya tersentak kaget.
Lalu nge-rem mendadak…
Sudah sejak lama, saya punya niat. Kalau suatu hari nanti kesampaian berkunjung ke Brunei Darussalam, saya ingin berziarah ke makam para sultan terdahulu. Dan pada saat akhirnya kesampaian bisa jalan ke Brunei, sayatotally clueless. Nggak tahu medan, nggak tahu jalan, dan nggak banyak persiapan sebelumnya.
Nah, dalam kondisi seperti itu, eh… Alhamdulillah malah nggak sengaja ketemu makamnya. Lokasinya di pinggir jalan raya Kota Batu, satu jalur dengan Museum Teknologi Melayu. Tak begitu jauh dari Museum Brunei. Cukup mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum (purple bus dari Pusat Bandar jurusan Muara).
Saya menyusuri jalan setapak menurun dari susunan batu paving merah yang sudah mulai berlumut. Sepi, tak ada siapapun. Hanya berteman angin lembah yang berhembus menerpa wajah.
Terhampar beberapa makam tua tak bernisan. Hanya susunan bebatuan andesit yang menghitam dimakan jaman. Dari kejauhan tampak cungkup/kubah kecil berwarna keemasan. Itulah makam Sultan Bolkiah, pemimpin kerajaan Brunei ke-5 yang membawa Brunei memasuki masa kejayaan. Wilayah kesultanan Brunei kala itu sampai ke Filipina, keseluruhan pulau Borneo, Sulu, dan pulau-pulau lain.
Saya tertegun sejenak. Berhenti beberapa meter dari makam. Berdiri dalam diam. Mata saya terpejam, menghirup udara dalam-dalam. Masih tidak habis pikir, “kok bisa ya tiba-tiba saya sampai disini? Sungguh Allah Maha Kuasa!” Kita tidak pernah tahu bagaimana Dia mewujudkan keinginan setiap hambaNYA. Ajaib.
Di bawah kubah emas kecil itu terdapat sebuah nisan raksasa. Jauh lebih besar dari ukuran nisan pada umumnya. Tingginya sekitar 2 meter kira-kira. Terbuat dari batu pualam putih berhiaskan ukiran kaligrafi huruf-huruf arab klasik nan indah. Melihat makam Sultan Bolkiah ini, saya bisa membayangkan, beliau adalah sosok yang gagah dan kharismatik. Auranya masih terpancar. Konon, untuk pembuatan nisan makam Sultan Bolkiah ini, kerajaan Brunei sampai mendatangkan ahli khusus dari pulau Jawa pada sekitar awal abad ke 16.
Disamping nisan sang Sultan, terdapat sebuah makam kecil, namun hanya memiliki satu kepala nisan. Menurut buku sejarah Brunei, makam ini adalah makam permaisuri Sultan Bolkiah yang bernama Puteri Laila Menchanai. Mengenai penyebab kematian sultan dan permaisuri pun sampai saat ini masih penuh misteri. Nah karena saya bukan ahli sejarah, mengenai kisah lebih lanjut, silakan saja baca buku mengenai sejarah kesultanan Brunei Darussalam. Menarik karena kisahnya agak mirip Romeo & Juliet.
Beberapa pohon bunga kamboja tumbuh di sekitar makam. Menaungi puluhan makam tua yang terletak mengelilingi cungkup makam Sultan Bolkiah. Tidak ada nama, tidak ada keterangan apapun. Mungkin ini adalah makam para keluarga & pejabat kerajaan terdahulu.
Usai berdoa sejenak, saya kemudian naik menyusuri jalan paving merah yang tadi saya lalui. Namun sebelum kembali ke mobil, saya berbelok ke kanan. Deretan papan seng menutupi sebuah bangunan tua. Bentuknya mirip-mirip joglo gitu, terbuka dan berundak. Sebuah papan informasi terpampang di depannya:
Ternyata ini adalah situs Tapak Kota Batu 1 (KB 1). Situs kompleks pemakaman kerajaan Brunei kuno. Sudah 3 kali dilakukan penggalian oleh tim arkeologi pada tahun 1986, 1989 dan 1992. Pada penggalian tersebut, ditemukan beberapa batu nisan berukir motif Bunga Air Mulih, tembikar dan kayu-kayu tua yang diperkirakan sebagai penutup liang lahat. Menemukan situs ini antara penasaran pengen eksplorasi, tapi juga takut karena ini tempat yang “special”. Akhirnya saya putuskan hanya mengamati dari luar saja.
Oiya, masih di sekitar Kota Batu ini, ada satu lagi makam diraja, yaitu makam Sultan Sharif Ali atau Sultan Berkat. Beliau adalah sultan Brunei ketiga. namun sayang, karena waktunya mepet, saya nggak sempat mampir ziarah kesini. Berikut penampakan lokasinya:
ConversionConversion EmoticonEmoticon